Disusun
untuk Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Dasar-dasar Ilmu Manajemen
Dosen
Pengampu : Usfiyatul Marfu’ah, S.Sos.I.,
M.S.I

Disusun Oleh :
Savirra Dyan Permata (1601036010)
Sifni jumaila (1601036011)
Misfikhotul Murdayanti (1601036012)
Indi Najah Mauludiah (1601036027)
Muhammad Sadam Husen (1601036039)
Debby Safitri (1601036044)
MANAJEMEN
DAKWAH
FAKULTAS
DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALI SONGO
SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Didalam manajemen, kita mempelajari
beberapa fungsi yaitu perencanaan, perorganisasian atau pelaksanaan, pemantauan
(monitoring) dan pengendalian. Ini merupakan sederetan fungsi-fungsi manajemen
tradisional yang dibutuhkan oleh organisasi untuk menjamin organisasi yang
bersangkutan berjalan baik, tetapi yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
fungsi evaluatif atau evaluasi dalam manajemen. Evaluasi sama pentingnya dengan
fungsi-fungsi manajemen lainnya. Evaluasi sering dilakukan oleh pimpinan
organisasi dalam suatu rapat kerja, rapat pimpinan, atau temu muka, baik secara
reguler maupun dalam menghadapi kejadian-kejadian khusus lainnya.
Sebagai bagian dari fungsi manajemen,
fungsi evaluasi tidaklah berdiri sendiri. Fungsi-fungsi seperti fungsi
pemantauan dan pelaporan sangat erat hubungannya dengannya fungsi evaluasi.
Disamping untuk melengkapi berbagai fungsi didalam fungsi-fungsi manajemen,
evaluasi sangat bermanfaat agar organisasi tidak mengulangi kesalahan yang sama
setiap kali.
B.
Rumusan Masalah
1. Apadefinisi dari evaluasi?
2. Apa fungsi dan tujuan evaluasi?
3. Bagaimana model dan pendekatan evaluasi?
4. Apa saja macam-macam evaluasi?
C.
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi evaluasi.
2. Mengetahui fungsi dan tujuan evaluasi.
3. Mengetahui modal dan pendekatan
evaluasi.
4. Mengetahui evaluasi kerja.
5. Mengetahui evaluasi program.
6. Mengetahui evaluasi meta.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Evaluasi
Untuk memahami makna evaluasi, harus
dipahami pula devinisi penilaian dan pengukuran. Asmawi Aenul dan Noehi Nasution
mengartikan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil. Akhmad Sudrajat
mendefinisikan penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil
atau ketercapaian dapat diwujudkan.
Ari Kunto mengumukakan pengukuran adalah
membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran. Akhmad Sudrajat mendefinisikan
pengukuran sebagai proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi
nomerik dari suatu tingkatan dimana berlaku organisasi telah mencapai
karakteristik tertentu.
Istilah evaluasi sudah menjadi kosakata
dalam bahasa indonesia sebagai kata serapan dari bahasa inggris yaitu evalution
yang berarti penilaian atau penafsiran. Istilah evaluasi dinyatakan tyler
(1950) sebagai proses menentukan sampai sejauh mana tujuan organisasi dapat
dicapai. Provus (1971) mengartikan evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada
dengan suatu standar tertentu yakni untuk mengetahui apakah terdapat selisih
apa tidak. Komite untuk standar evaluasi mendefinisikan evaluasi sebagai
penelitian yang sistematik atau teratur tentang manfaat atau kegunaan beberapa
objek.
Pendapat lain mengenai evaluasi disampaikan
Ari Kunto dan Cepi bahwa “evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan informasi
tentang bekerjanya sesuatu , yang selanjutnya informasi tersebut digunakan
untuk menetukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Fungsi
utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang
berguna bagi pihak pembuat keputusan untuk menentukan kebijakan yang akan
diambil yang telah dilakukan.”[1]
B.
Fungsi dan Tujuan Evaluasi
Setiap kegiatan yang dilaksanakan pasti
mempunyai tujuan, demikian juga dengan evaluasi. Menurut Arikunto terdapat dua
tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan pada
progam secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada
masing-masing komponen.
Worten, Blaine R. dan James R.
mengemukakan tujuan evaluasi yaitu memberikan informasi yang dipakai sebagai
dasar untuk:
1. Membuat kebijaksanaan dan keputusan.
2. Menilai hasil yang dicapai.
3. Menilai kurikulum.
4. Memberi kepercayaan kepada sekolah.
5. Memonitor dana yang telah diberikan.
6. Memperbaiki materi dan program
pendidikan.
Menurut
Crawford tujuan dan fungsi evaluasi yaitu:
1. Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan telah tercapai dalam kegiatan.
2. Untuk memberikan objektivitas pengamatan
terhadap perilaku hasil.
3. Untuk mengetahui kemampuan dan
menentukan kelayakan.
4. Untuk memberikan umpan balik bagi
kegiatan yang dilakukan.[2]
C.
Modal dan Pendekatan Evaluasi
Model evaluasi ialah desain evaluasi
yang dibuat oleh para ahli atau pakar evaluasi dan biasanya dinamakan sama
dengan pembuatnya atau tahap pembuatannya. Model yang dibuat para ahli
merupakan model standar yang digunakan oleh para manajer. Di samping itu,
terdapat ahli evaluasi yang membagi evaluasi sesuai dengan misi yang akan
dibawakannya serta kepentingan atau penekanannya atau dapat juga disebut sesuai
paham yang anut atau biasa disebut pendekatan.
1. Model Evaluasi
Terdapat
banyak model evaluasi, tetapi terdapat model evaluasi yang populer digunakan
dan banyak dipakai pedoman kerja pelaksanaan evaluasi program.
a. Model Evaluasi CIPP dikenalkan oleh
Stufflebeam yang mengusulkan a decision oriented evalution approach
structure untuk menolong administrator membuat keputusan. Dia membuat
pedoman kerja untuk melayani para manajer dan administrator menghadapi
keputusan.
b. Model Evaluasi UCLA dipopulerkan oleh
Alkin yang menulis tentang kerangka kerja evaluasi yang hampir sama dengan
CIPP. Ia mengemukakan lima model evaluasi yaitu sebagai berikut:
1) System assessment yang memberikan
informasi tentang keadaan atau posisi sistem.
2) Program planing membantu pemilihan
program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan program.
3) Program implementation yang menyiapkan
informasi apakah program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang
tepat seperti yang direncanakan.
4) Program improvement yang memberikan
informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana program bekerja atau
berjalan, apakah menuju pencapaian tujuan, adakah hal-hal atau masalah baru yang muncul tidak terduga.
5) Program certification yang memberi
informasi tentang nilai atau guna program.
c. Model Brinkerhoff mengemukakan tiga
golongan evaluasi yang disusun berdasarkan pengabungan elemen-elemen yang sama,
seperti evaluator-evaluator lain, namun dalam komposisi dan versi mereka
sendiri seperti berikut:
1) Fixed vs emergent evaluation design
Desain evaluasi yang tetap (fixed)
ditentukan dan direncanakan secara sistematik sebelum implementasi dikerjakan.
Desain dikembangkan berdasarkan tujuan program disertai seperangkat pertanyaan
yang akan dijawab oleh informasi yang akan diperoleh dari sumber-sumber
tertentu.
Desain evaluasi emergent untuk
beradaptasi dengan pengaruh dan situasi yang sedang berlangsung dan berkembang
seperti menampung pendapat-pendapat audiensi, masalah-masalah, dan kegiatan
program.
2) Formatif vs summative evaluation.
Evaluasi
farmatif digunakan untuk memperoleh informasi yang dapat membantu memperbaiki
proyek, kurikulum atau lokakarya. Evaluasi summative dibuat untuk menilai kegunaan
suatu obyek.
3) Exsperimental and quasy exsperimental
design vs natural/unobstrusive inquiry.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk
menilai manfaat suatu objek, suatu program, atau strategi baru yang dicobakan.
d. Model stake atau countenance
Stake menyatakan bahwa
apabila menilai suatu program, hal tersebut berarti melakukan perbandingan yang
relatif antara satu program dengan yang lain atau perbandingan yang absolut.
2. Pendekatan Evaluasi
a. Experimental approach
Pendekatan
expermental yaitu evaluasi yang berorientasi pada penggunaan experimenal
science dalam program evaluasi.
b. Goal oriented approach
Pendekatan
yang berorientasi pada tujuan yaitu cara yang paling logis untuk merencanakan
suatu program yaitu merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus serta membentuk
program untuk mencapai tujuan tersebut.
c. The decision focused approach
Pendekatan
evaluasi yang berfokus pada keputusan menekankan pada peranan informasi yang
sistemik untuk pengelola program dalam menjalankan tugasnya.
d. The user oriented approach
Kelebihan
pendekatan ini adalah perhatiaannya terhadap individu yang berurusan dengan
program dan perhatiannya terhadap informasi yang berguna untuk individu
tersebut.
e. The responsive approach
Kelebihan
pendekatan responsive ialah kepekaannya terhadap berbagai titik pandangan dan
kemampuannya mengakomondasi pendapat yang ambigu dan tidak fokus.
f. Goal free evaluation
Beberapa ciri evaluasi bebas tujuan
diantaranya adalah :
1. Evaluator sengaja menghindar untuk mengetahui
tujuan program.
2. Tujuan yang telah dirumuskan terlbih
dahulu tidak dibenarkan menyempitkan fokus evaluasi.
3. Evaluasi bebas tujuan berfokus pada
hasil yang sebenarnya, bukan pada hasil yang direncanakan.
4. Hubungan evaluator dan manajer atau
dengan karyawan proyek dibuat seminimal mungkin.
5. Evaluasi menambah kemungkinan
ditemukannya dampak yang tidak diramalkan.[3]
D.
Evaluasi Kinerja
Syarat-syarat yang
harus dipenuhi suatu indikator kinerja adalah :
1. Spesifik dan jelas untuk menghindari
kesalahan interprestasi
3. Menangani aspek-aspek yang relevan
4. Harus penting atau berguna untuk
menunjukkan keberhasilan input, output, outcome, manfaat, dampak dan proses
5. Fleksibel dan sensitif terhadap
perubahan pelaksanaan
6. Efektif dalam arti data mudah diperoleh
diolah \, dianalisa dengan biaya yang tersedia.[4]
E.
Evaluasi program
Tahapan-tahapan dalam
evaluasi program meliputi hal dibawah ini:
1. Analisis logika program
2. Desain evaluasi
3. Penyusunan desain evaluasi serta
strategi pengumpulan dan analisi data.[5]
F.
Evaluasi Meta
Evalusi meta adalah evaluasi yang dapat dievaluasi.
Evaluasi meta dapat dilaksanakan bersama kegiatan evaluasi yang b iasa atau
rutin untuk perbaikan sehingga evaluasi akan bertambah baik. Menurut wordthen,
blain R. Dan james R. Sanders (1988) orang-orang yang dapat melakukan evaluasi
meta yaitu :
1. Evaluator sendiri
2. Pemakai evaluasi
3. Evaluator ahli[6]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ari
Kunto mengumukakan pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran.
Akhmad Sudrajat mendefinisikan pengukuran sebagai proses pemberian angka atau
usaha memperoleh deskripsi nomerik dari suatu tingkatan dimana berlaku
organisasi telah mencapai karakteristik tertentu. Istilah evaluasi dinyatakan
tyler (1950) sebagai proses menentukan sampai sejauh mana tujuan organisasi
dapat dicapai. Provus (1971) mengartikan evaluasi sebagai perbedaan apa yang
ada dengan suatu standar tertentu yakni untuk mengetahui apakah terdapat
selisih apa tidak. Arikunto terdapat dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan pada progam secara keseluruhan, sedangkan
tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen.
B.
Kritik dan Saran
Kritik dan saran yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat dijadikan
sebagai sarana yang dapat mendorong para mahasiswa dan mahasiswi berfikir aktif
dan kreatif.
Bagi para pembaca, apabila ingin
menambah wawasan dan ingin memetahui lebih jauh, maka penulis menyarankan agar
lebih banyak membaca buku-buku lainnya yang berkaitan dengan pembahasan
dasar-dasar manajemen.
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin,
Rois. Helmi Muhammad. 2016. Pengantar Manajemen. Malang: Empat Dua.
Badrudin.
2015. Dasar-dasar Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Patton,
michael Quinn. 2009. Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Usman,
Husaini. 2013. Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
[1]Badrudin, dasar-dasar
manajemen, (Bandung: alfabeta), 2015, hal. 250
[2]Badrudin, dasar-dasar
manajemen, (Bandung: alfabeta), 2015, hal. 252
[3]Badrudin, dasar-dasar
manajemen, (Bandung: alfabeta), 2015, hal.
[4]Badrudin, dasar-dasar
manajemen, (Bandung: alfabeta), 2015, hal.
[5]Badrudin, dasar-dasar
manajemen, (Bandung: alfabeta), 2015, hal.
[6]Badrudin, dasar-dasar
manajemen, (Bandung: alfabeta), 2015, hal.
No comments:
Post a Comment