BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Berfikir bukanlah
suatu aktivitas yang berjasa.
Berfikir adalah suatu aktivitas yang banyak seluk-beluknya, berlibat-libat,
mencakup unsur dan berbagai langkah-langkahnya. Berfikir
tidak dapat dijalankan semaunya, pikiran diikat oleh hakikat tertentu dan stuktur
tertentu.
Logika adalah ilmu
yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan
penalaran yang betul dan penalaran yang salah. Dalam arti luas Logika adalah
suatu cabang ilmu yang mengkaji penurunan-penurunan kesimpulan yang shahih dan
tidak shahih, Logika lahir dari
pemikiran-pemikiran Yunani yaitu Aristoteles.
Dalam ilmu logika
juga akan dijumpai masalah tentang hal pernyataan dan penalaran. Salah satunya
ketika membahas bab “oposisi”. Kata oposisi disini dipakai untuk menyatakan dua
pengertian, yaitu untuk menyatakan hubungan tertentu antara dua proposisi dan
yang lainnya untuk menyatakan sejenis penarikan konklusi secara langsung.
Pengertian pertama menunjukkan hubungan antara empat macam proposisi berikut ini: subalternasi, kontradiktori, kontrari, dan subkontrari. Oposisi sebagai suatu bentuk penarikan konklusi secara langsung berarti penarikan suatu proposisi dari proposisi lainnya, dalam bentuk, salah satu dari empat gabungan yang dinyatakan di atas.
Pengertian pertama menunjukkan hubungan antara empat macam proposisi berikut ini: subalternasi, kontradiktori, kontrari, dan subkontrari. Oposisi sebagai suatu bentuk penarikan konklusi secara langsung berarti penarikan suatu proposisi dari proposisi lainnya, dalam bentuk, salah satu dari empat gabungan yang dinyatakan di atas.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian oposisi ?
2.
Apa
saja macam-macam oposisi?
3.
Bagaimana hubungan oposisi dengan logika?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Oposisi
Oposisi
dalam ilmu logika diartikan dengan pertentangan antara dua
pernyataan atas dasar pengolahan term yang sama. Pertentangan disini diartikan
juga dengan hubungan logis, yaitu hubungan yang didalamnya terkandung adanya
suatu penilaian benar salah terhadap dua pernyataan yang diperbandingkan.
Adapun dua pernyataan yang diperbandingkan atau dihubungkan
itu dapat juga keduanya berbentuk pernyataan yang terdiri dari satu term, dan
dapat juga keduanya berbentuk pernyataan yang terdiri dua trem sebagai subyek
dan predikat yang disebut dengan proposisi kategoris.[1]
Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, oposisi adalah pertentangan antara dua unsur bahasa
untuk memperlihatkan arti perbedaan.
Oposisi
terdapat antara dua proposisi yang mempunyai trem-trem yang sama, tetapi berbeda
dalam kedua-duanya. Trem-trem dari kedua proposisi harus pula mempunyai
suposisi yang sama atau juga dapat dirumuskan: oposisi adalah dedukasi dari
sebuah premis dengan mengubah kualitasnya (misalnya: dari A ke E, atau dari E
ke A; dan dari I ke O, atau dari O ke I) atau kuantitasnya (misalnya: dari A ke
I, atau dari I ke A; dan dari E ke O, atau dari O ke E) atau dengan mengubah
kedua-duanya (misalnya: dari A ke O, dari O ke A; dari E ke I, atau dari I ke
E)[2].
Oposisi
juga bisa diartikan sebuah kegiatan menyimpulkan secara langsung dengan
membandingkan antara proposisi yang satu dengan proposisi yang lain dalam trem
yang sama, tetapi bisa berbeda kuantitas dan kualitasnya untuk menentukan
sebuah kebenaran proposisi.
Jadi yang dinamakan oposisi adalah perbedaan
dua kalimat di dalam paragraf, dan perbedaan itu ada yang benar dan ada yang
salah.
B.
Macam-Macam Oposisi
Karena kita menggunakan masing-masing empat
proposisi (A, I, E,O) subagai premis dan kesimpulan, maka kita akan mendapatkan
empat macam proposisi:[3]
1.
Oposisi
Kontradiktori
Oposisi kontradiktori adalah hubungan antara
dua proposisi yang subyek dan predikatnya sama, tetapi berbeda kualitas dan
kuantitasnya. Jadi hubungan antara proposisi A dan O serta I dan E.
Prinsip ini menyatakan bahwa dua proposisi yang
kontradiktori, jika satu benar maka yang lainnya salah, dan jika yang satu
salah maka yang lainnya adalah benar. Dengan kata lain, keduanya tidak dapat
sekaligus salah atau benar, karena itu oposisi kontradiktori adalah bentuk
oposisi yang sempurna dalam logika.
Oposisi
kontradiktoris: A x O dan sebaliknya. E x I dan sebaliknya.
Contoh: semua
mahasiswa lulus (A) beroposisi secara kontradiktori dengan sebagian
mahasiswa tidak lulus (O), atau sebaliknya. Semua mahasiswa tidak lulus
(E) beroposisi secara kontradiktori dengan sebagian mahasiswa lulus (I),
dan sebaliknya.
2.
Oposisi
Kontraris
Disini penyimpulan dilakukan dengan
memperlawankan dua proposisi yang memiliki kuantitas sama-sama universal
sebagai premis dan konklusi dengan kelas subyek dan predikat yang sama tetapi berbeda
dalam kualitas. Dua proposisi yang berciri seperti ini adalah dua proposisi
yang berkuantitas universal dan berkualitas negative, yang satu bisa berfungsi
sebagai premis dan yang lainnya sebagai konklusi.
Oposisi kontraris:
A x E dan sebaliknya.
Contoh: Semua
mahasiswa lulus (A) beroposisi secara kontraris dengan Semua mahasiswa
tidak lulus (E) dan sebaliknya.
3.
Oposisi
Subkontraris
Disini penyimpulan dilakukan dengan
memperlawankan dua proposisi particular sebagai premis dan konklusi dengan
kelas subyek dan predikat sama, kuantitas sama (particular), tetapi kualitasnya
berbeda. Yang satu dapat berfungsi sebagai premis dan yang lainnya sebagai
konklusi. Jadi, oposisi subkontraris adalah hubungan antara dua proposisi
khusus yang subyek dan predikatnya sama tetapi kualitasnya berbeda.
Oposisi
subkontraris: I x O dan sebaliknya.
Contoh: Sebagian
mahasiswa lulus (I) beroposisi secara subkontraris dengan Sebagian
mahasiswa tidak lulus (O) dan sebaliknya.
4.
Oposisi Subalternasi
Disini penyimpulan dilakukan dengan
memperlawankan dua proposisi sebagai premis dan konklusi dengan kelas subyek
dan predikat sama, kualitasnya sama, tetapi kuantitas berbeda.
Yang satu bisa berfungsi sebagai premis dan yang lainnya sebagai konklusi.
Jadi, subalternasi adalah hubungan yang terdapat antara dua proposisi yang
subyek dan predikatnya sama, tetapi kuantitasnya berbeda.
Oposisi
subalternasi: A x I dan sebaliknya, E x O dan sebaliknya.
Contoh: Semua
mahasiswa lulus (A) beroposisi secara subalternasi dengan Sebagian
mahasiswa lulus (I) dan sebaliknya. Juga Semua mahasiswa tidak lulus (E)
beroposisi secara subalternasi dengan Sebagian mahasiswa tidak lulus
(O), dan sebaliknya.
C.
Hubungan Oposisi dengan Logika
Apabila
dua pernyataan ditampilkan stimulan akan menimbulkan apa yang oleh logika
sebut: Hubungan Logika. Ada enam macam hubungan logika[4].
1.
Hubungan kontakditori terdapat anatara dua proposisi yang berbeda
dalam kuntitas dan kualitasnya; misalnya: semua manusia hitam- beberapa manusia
tidak hitam. Oposisi semacam itu terdapat antara proposisi A dan O, antara E
dan I (juga antara U dan Y).
Stricto sensu, oposisi
kontrakditoris terdapat anatara dua proposisi dimana yang satu menyatakan
sesuatu yang cukup merobohkan ynag lain. Oposisi kontrakditoris semacam ini
tidak terdapat anatar pasangan proposisi berikut ini:
A :
Semua yang sukses rajin.
O :
Sebagian yang sukses tidak rajin.
E :
Semua orang saleh tidak pendengki.
I : Sebagian orang saleh pendengki.
Dalam sepasang permasalahan
kontrakditoris mempunyai tabiat bila yang satu salah yang lain
harus benar, dan bila yang satu benar yang lain harus salah, tidak mungkin
benar keduanya atau salah keduanya. [5]
Sekarang kita buktikan tabiat hubungan kontrakditori dengan contoh
pasangan A dan O diatas. Bila dalam
kenyataan ‘semua orang sukses rajin’
maka pernyataan A benar dan O salah. Sedangkan bila dalam kenyataan ‘beberapa
orang yang sukses adalah orang-orang tidak rajin’ maka pernyataan O benar dan A salah. Kita
harus ingat akan arti kata ‘sebagian’. Sebagian berarti setodak-tidaknya ada,
maksud dari pernyataan ‘sebagian yang sukses tidak rajin’ bila ini diakui terjadi,
berarti: ada sebagian orang yang sukses tetapi tidak rajin. Jika kita mengakui
bahwa ‘semua yang sukses tidak rajin’ maka pernyataan ‘sebagian yang sukses
tidak rajin’ tidak salah, sebab apa yang benar dari universalnya, maka benar
pula partikularnya. Jadi pernyataan ‘sebagian’ tidak menutup kebenaran
universalnya. Sehingga bila E benar maka pernyataan O yang diturunkan dari E
juga benar.
2.
Hubungan independen (tak bertautan): dua pernyataan mempunyai
hubungan independen manakala keduanya
menmpilkan permasalahan yang sama sekali terpisah, serupa pernyataan berikut:
Kuda sumbawa kuat-kuat
Pohon asam berakar tunggang.
Semua kelinci adalah lemah.
Semua kelinci pemakan daun-daunan.
Bahasa Arab adalah sukar.
Logika adalah sukar.
Hubungan independen mempunyai tabiat:
benar salahnya pernyataan pertama tidak dapat dipakai menentukan benar salahnya
pernyataan yang lain. Kebenaran pernyataan ‘kuda sumbawa kuat-kuat’ tidak dapat
dipakai menentukan benar salahnya ‘pohon asam berakar tunggang’ begitu pula
sebaliknya.
3.
Hubungan ekuivalen (persamaan): dua pernyataan mempunyai hubungan ekuivalen
manakala keduanya mempunyai makna yang sama seperti:
Semua besi adalah logam.
Sebagian logam adalah besi.
Sebagian cendikiawan menjadi menteri.
Sebagian cendikiawan bukan tak menjadi menteri.
Hubungan ekuivalen mempunyai tabiat:
benar salahnya pernyataan yang satu menentukan benar salahnya pernyataan yang
lain. Dengan perkataan lain, bila pernyataan yang satu benar maka benar pula
pernyataan yang lain; bila pernyataan yang satu salah yang lain mengikuti juga.
[6]
4.
Hubungan kontari (perlawanan): dua pernyataan mempunyai hubungan kontari manakala term subyek dan predikat kedua
pernyataan itu sama, kuantitasnya sama-sama universal tetap berbeda dalam kualitas.
Hubungan kontari terdapat pada pernyataan A dan E, seperti:
A :
Semua politikus curang.
E :
Semua politikus tidak curang.
E : Semua harimau tidak pemarah.
A : Semua hariamu pemarah.
Hubungan kontari mempunyai tabiat: salah
satu pernyataan harus salah dan bisa salah keduanya. Sekarang kita perhatikan
tabiat hubungan kontari dengan mengambil pasangan proposisi A dan E diatas
sebagai contoh. Bila dalam kenyataan: semua politikus adalah curang, maka
pernyataan A benar dan E salah. Bila dalam kenyataan: semua politikus tidak
curang maka A salah dan E benar. Bila dalam kenyataan: ada yang curang dan ada
yang tidak curang, maka A dan E sama-sama salah.
5.
Hubungan sub-kontrari (setengan perlawanan): dua pernyataan
mempunyai hubungan sub-kontari manakala
term subyek dan predikat pernyataan itu sama, kuantitasnya sama-sama partikular
berbeda dalam kualitas. Hubungan sub-kontari terdapat pada pernyataan I dan O
atau sebaliknya[7],
seperti:
I
: Sebagian pedagang kikir.
O : Sebagian pedagang tidak kikir.
Hubungan
su-kontari empunyai tabiat: salah satu pernyataan harus benar dan bisa benar
keduanya.
Marilah kita uji tabiat hubungan
dub-kintari dengan mengambil pasanagn I dan O diatas sebagai cotoh. Bila dalam
kenyataan: semua pedagang adalah kikir maka I benar (ingat makna sebagian) dan O salah. Bila
semua pedagang adalah tidak kikir, maka O benar dan I salah. Bila dalam
kenyataan sebagian pedagang kikir sebagian tidak kikir maka I dan O sama-sama
benar.
6.
Hubungan implikasi (mencangkup): dua pernyataan mempunyai hubungan
implikasi manakala term subyek dan predikat oernyataan itu sama, sama-sama
dalam kualitas tetapi berbeda dalam kuantitas. Hubungan implikasi terdapat pada
pernyataan A dan I serta pasangan anatara E dan O, seperti :
A : Semua mahasiswa komplek C rajin.
I
: Sebagian mahasiswa komplek C rajin.
Hubungan
implikasi mempunyai sifat: bisa bnar keduanya, salah keduanya, atau satu benar
satu salah.
Sekarang uji tabiat hubunagn implikasi dengan mengambil pasangan A
dan I diatas sebagai contoh. Bila dalam kenyataan: semua mahasiswa komplek C
memang rajin, maka A benar begitu pula dengan I benar. Jadi disini keduanya
benar. Bila dalam kenyataan: semua mahasiswa komplek C tidak rajin, maka A
maupun I salah. Disini terjadi kemungkinan salah keduanya. Bila dalam
kenyataan: mahasiswa komplek C ada
yangrajin dan ada pula yang tidak, maka I benar dan A salah. Disini terjadi
kemungkinan satu benar dan dan satu salah.
Persegi
oposisi[8]
A E
kontrati
kontradiktori
sub-kontari
Sub-kontrari
|
implikasi
I
O
Empat hubungan oposisi ini oleh
para ahli logika sering
dilukiskan dalam empat persegi seperti diatas untuk mempermudah
ingatan kita.
Dari hukum persegi oposisi, jika dibentuk dalam sebuah tabel maka
akan tampak seperti berikut :
Tabel benar
Jika
|
A
|
E
|
I
|
O
|
A BENAR
|
-
|
S
|
B
|
S
|
E BENAR
|
S
|
-
|
S
|
B
|
I BENAR
|
?
|
S
|
-
|
?
|
O BENAR
|
S
|
?
|
?
|
-
|
Tabel salah :
Jika
|
A
|
E
|
I
|
O
|
A SALAH
|
-
|
?
|
?
|
B
|
E SALAH
|
?
|
-
|
B
|
?
|
I SALAH
|
S
|
B
|
-
|
B
|
O SALAH
|
B
|
S
|
B
|
-
|
Hukum-hukum
yang kita sebutkan diatas mempunyai arti
praktis yang besar sekali. Perhatian
lebih-lebih hendaknya dicurahkan untuk tidak mencampuradukan oposisi
kontradiktoris dan oposisi kontaris. Dari kepalsuan sebuah proposisi tidak
niscayalah muncul sebuah proposisi kontaris yang benar.
Seperti jelas
unsur kontradiktorislah yang paling luas memberi kemungkinan membuat
pemikiran (penalaran, inferensi)
langsung. Maka pemikiran semacam ini sangat biasa dipakai oleh para filsuf,
para ahli pikir. Akan tetapi tidak selalu mudah untuk menemukan unsur
kontradiktoris yang betul-betul dalam sebuah proposisi tertentu. Definisi yang
kita berikan masih sangat umum, maka perlu memberikan perhatian pada
kejadian-kejadian khusus:
a.
Unsur kontradiktoris merupakan sebuah proposisi singular sekedar
dibentuk dengan sekedar mengubah kualitas: misalnya: Rini sakit-Rini tidak
sakit, demikian pula terbentuknya usur kontradiktoris dari sebuah proposisi
yang subjeknya mengandung pengertian logis atau mutlak.
b.
Memberikan unsur kontardiktoris dari proposisi-proposisi kompleks
dan majemuk yang mengandung penuturan lebih dari satu, dapat dilaksanakan
dengan menyangkal secara disjungtif masing-masing penuturan.
c.
Proposisi modal di-kontrakditoris-kan dengan mengubah modalitas
menjadi kebalikannya, misalnya: “Niscaya” ke “tidak tentu”.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Oposisi
terdapat antara dua proposisi yang
mempunyai trem-trem yang sama, tetapi berbeda dalam kedua-duanya. Oposisi
juga bisa diartikan sebuah kegiatan menyimpulkan secara langsung dengan
membandingkan antara proposisi yang satu dengan proposisi yang lain dalam trem
yang sama, tetapi bisa berbeda kuantitas dan kualitasnya untuk menentukan
sebuah kebenaran proposisi.
Hubungan Logika ada enam macam yaitu:
1. Hubungan
independen (tak bertautan),
2. Hubungan
ekuivalen (persamaan),
3. Hubungan
kontradiktori (pertentangan),
4. Hubungan
kontari (perlawanan),
5. Hubungan subkontari
(setengah perlawanan),
6. Hubungan
implikasi (mencangkup).
B.
Kritik dan Saran
Kritik dan
saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan makalah kami kedepannya. Semoga dengan makalah ini dapat dijadikan
sebagai sarana yang dapat membangun dan mendorong para mahasiswa atau mahasiswi
untuk berfikir aktif dan kreatif.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Oesman, 1978, Ilmu Logia, Surabaya: PT.
Bina Ilmu.
Mehra Partap Sing dan Jazir Burhan, 2010, Pengantar
Logika Tradisional, Bandung: Binacipta.
Molan Benyamin, 2014,
Logika (Ilmu dan Seni
Berpikir Kritis), Jakarta: PT.
Indeks.
Mundiri, 2001, Logika, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
http://www.jurnal.uii.ac.id/index.php/Iqtisad/article/view/366. diakses pada tanggal 29 September 2017. Pukul 21.00
wib.
[1] http://www.jurnal.uii.ac.id/index.php/Iqtisad/article/view/366. diakses pada
tanggal 29 September 2017. Pukul 21.00 wib.
[4]H.Mundiri, “logika” (jakarta:Rajawali Pers) hlm 74
[5] Partap Sing
Mehra, MA. Dan Drs Jazir Burhan, Pengantar Logika Tradisional
(Bandung:Binacipta), Hlm. 61.
[6]DRs. H
Mundiri,logika (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada), hlm. 74-75.
[7]Benyamin Molan,
Logika Ilmu Dan Seni Berfikir Kritis (Jakarta: PT. Indeks), hlm. 134.
[8]Mundiri, Logika, PT. Raja Gafindo Persada, jakarta, hlm 79
No comments:
Post a Comment